LPM Psikogenesis

LPM Psikogenesis
LPM Psikogenesis
follow:

Sumber: Pinterest

 

Nila adalah seorang wanita tua berusia enam puluh tahun yang sangat suka membaca buku. Freud didalam salah satu buku tua milik Nila pernah berkata “Hanya orang yang tidak berguna yang tidak tertarik dengan masa lalunya”. Didalam kamar usangnya yang sepi, sore itu Nila mengingat kembali masa-masa itu. Saat itu, hujan mengguyur kepala Nila muda yang sedari tadi menahan tangisnya. Ketika kerumunan orang berlalu lalang dengan cepat di depannya, tangis Nila seketika pecah. Sudah sejak tadi gadis muda itu berdiri disana.

 

Di pasar malam itu, suara hujan samar-samar menghapus suara tangis Nila. Senyumannya yang sedari tadi sudah dilatihnya, sudah tidak ada lagi. Riasannya kini sudah terhapus hujan dan perasaan Nila juga ikut padam bersama cahaya lampu yang memudar. Hanya hujan dan gelap yang tersisa.

 

“Mari bertemu!” sebuah pesan singkat Nila terima dari seorang pria yang sempat membuat jantungnya berdebar hebat sebelumnya.

 

“It was just to lovers, sitting in the car, listening to the Blonde. Falling for each other, pink and orange skies, feeling super childish” sebuah lirik lagu berjudul “Golden Hour” oleh JVKE terdengar nyaring dari luar jendela kamar Nila. Suara itu menyadarkan Nila tua dari lamunannya.

 

Sembari lagu itu terdengar, diatas sebuah sofa ungu tua, Nila kembali melanjutkan lamunannya. Kala itu Nila hanyalah gadis berusia dua puluh lima tahun yang terbiasa dengan kaca mata dan rambut yang selalu di kuncir satu kebelakang. Beberapa menit lalu, didepan sebuah cermin dengan cahaya lampu di sekitarnya, Nila menorehkan lipstick di bibir kecilnya. Pipinya yang merona tampak serasi dengan gaun merah mudanya dan untuk pertama kalinya juga Nila menggerai rambut panjangnya ke belakang.

 

“Maaf ya…” suara pria terdengar pelan dari ponsel jadul milik Nila.

 

“Iya tidak apa” jawab Nila muda dengan matanya yang mulai berkaca-kaca ketika awan gelap dan gemuruh petir perlahan memenuhi langit. Tak butuh waktu lama ketika hujan mengguyur seluruh tempat dimana Nila berdiri. Kerumunan orang tengah berusaha berlari kian kemari mencari tempat untuk berteduh, sementara Nila muda hanya terdiam cukup lama dan terpaku di sudut sana.

 

Waktu melambat ketika malam istimewa yang ditunggu Nila tidak kunjung tiba. Dan pada akhirnya, malam itupun tak pernah menjadi malam yang istimewa bagi Nila. Nila muda hanya bisa menyesali segala perasaannya. Pria yang ditunggunya sejak tadi, entah apa alasannya tak pernah datang dan bahkan setelah itu tak pernah lagi menghubunginya.

 

“Hahaha” Nila tua tertawa kecil ketika mengingat malam itu.

 

“Apa yang ditertawakan?” ujar seorang pria tua dengan perawakan besarnya yang telah bungkuk ketika membawakan Nila secangkir cokelat hangat kesukaannya.

 

“Bukan apa-apa, hanya kejadian bodoh di masa lalu” jawab Nila sembari tersenyum pada suaminya itu.

 

Pria tua itu kemudian duduk disamping Nila sembari mengambil gitar cokelat tuanya, meski dirinya tidak tau apa yang baru saja membuat istri yang dicintainya itu tertawa. Pria tua berusia enam puluh dua tahun, dengan jari-jari panjangnya yang keriput, memetik sebuah gitar dan menyanyikan sebuah lagu berjudul “Remember Me” dari sebuah film animasi kesukaan Nila yang berjudul Coco.

 

Nila mungkin pernah menyesali kejadian dimasa lalunya, namun kini baginya sudah tak apa. Justru di masa tuanya yang sepi, sesekali masa lalu itu membuat Nila tua tertawa. Dirumah sederhana miliknya, bersama seorang pria hebat yang selalu merayakan segala hal tentang dirinya. Kini Nila sudah bahagia.

 

 

-alhmbr

psikogenesis.org

psikogenesis.org

One thought on “Ketika Nila Tertawa”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts