LPM Psikogenesis

LPM Psikogenesis
LPM Psikogenesis

Mengungkap Pola Avoidant Attachment: Kemandirian yang Terlalu Jauh?

Ilustrasi Psikologika “Mengungkap Pola Avoidant Attachment: Kemandirian yang Terlalu Jauh?”

Sumber: Pinterest

Dalam interaksi sosial sehari-hari, kita mungkin sering bertemu dengan individu yang tampak mandiri, cenderung menjaga jarak emosional, dan menghindari kedekatan dengan orang lain. Hal ini mungkin mencerminkan avoidant attachment, salah satu pola keterikatan yang muncul akibat pengalaman emosional yang tidak terjalin dengan baik pada masa kanak-kanak.

Apa Itu Avoidant Attachment?

Avoidant attachment adalah pola keterikatan di mana seseorang menghindari kedekatan emosional dan lebih mengutamakan kemandirian dalam hubungan interpersonal. Teori keterikatan, yang pertama kali dikembangkan oleh John Bowlby (1982) menyatakan bahwa pola keterikatan ini terbentuk ketika anak merasa bahwa kebutuhan emosionalnya tidak dipenuhi secara konsisten oleh pengasuh. Akibatnya, anak mengembangkan mekanisme pertahanan untuk menghindari ketergantungan pada orang lain dan berfokus pada pengendalian diri mereka sendiri.

Dampak Avoidant Attachment pada Kehidupan

Pola avoidant attachment tidak hanya memengaruhi hubungan pribadi, tetapi juga dapat berdampak pada kehidupan profesional dan kesejahteraan mental individu. Dalam hubungan sosial, individu dengan avoidant attachment mungkin tampak tidak peduli atau tidak mampu mengekspresikan emosi mereka dengan terbuka. Mereka cenderung menghindari kedekatan emosional karena ketakutan akan penolakan atau kerentanan (Mikulincer dan Shaver, 2007).

Dalam konteks pekerjaan, meskipun mereka mandiri, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam bekerja sama secara efektif, karena kurangnya kepercayaan untuk bergantung pada orang lain (Dutton dan Heaphy, 2003). Selain itu, pola ini dapat mempengaruhi kesehatan mental, karena individu dengan avoidant attachment seringkali menekan emosi mereka dan menghindari perasaan negatif yang dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi jangka panjang (Kobak dan Sceery, 1988).

Mengapa Avoidant Attachment Terjadi?

Penyebab utama dari avoidant attachment adalah pengalaman masa kecil yang tidak responsif terhadap kebutuhan emosional anak. Pengasuh yang tidak memberikan perhatian atau kasih sayang secara konsisten dapat menyebabkan anak merasa bahwa hubungan emosional tidak aman atau tidak bisa diandalkan. Dalam beberapa kasus, pengalaman traumatis atau lingkungan yang tidak mendukung, seperti perceraian orang tua atau kekerasan dalam rumah tangga juga berkontribusi pada terbentuknya pola ini (Cassidy dan Shaver, 1999).

Selain faktor individu, budaya juga dapat memengaruhi perkembangan avoidant attachment. Beberapa budaya lebih menekankan nilai kemandirian dan pengendalian diri, yang dapat memperkuat kecenderungan untuk menghindari kedekatan emosional (Choi, Park, & Kim, 2007).

Strategi Pemulihan dan Pembentukan Hubungan Sehat

Meskipun perubahan dalam pola keterikatan ini membutuhkan waktu dan usaha, namun bukan hal yang mustahil. Beberapa langkah yang dapat membantu meliputi:

1. Membangun kesadaran diri: Mengenali pola perilaku menghindar yang memengaruhi hubungan sosial.

2. Berlatih menerima emosi: Mengizinkan diri untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara sehat tanpa rasa takut atau malu.

3. Terapi berbasis keterikatan: Pendekatan seperti Attachment-Based Therapy dapat membantu individu mengenali pola dan mengubahnya ke arah yang lebih sehat (Diamond, Diamond, & Schultheis, 2010).

4. Menciptakan hubungan yang aman: Memilih lingkungan atau hubungan yang memberikan rasa aman dan memungkinkan individu untuk lebih terbuka.

Kesimpulan

Avoidant attachment adalah respon adaptif terhadap pengalaman emosional yang tidak terjalin dengan baik di masa kecil. Namun, dengan kesadaran diri dan dukungan yang tepat, individu dapat belajar untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan memperbaiki keterikatan mereka dengan orang lain. Sebagaimana yang disarankan oleh teori keterikatan, hubungan yang aman dan penuh dukungan sangat penting bagi perkembangan emosional dan psikologis yang sehat. (AIR)

Referensi

Bowlby, J. (1982). Attachment and loss: Vol. 1. Attachment. Basic Books.

Cassidy, J., & Shaver, P. R. (1999). Handbook of attachment: Theory, research, and clinical applications. Guilford Press.

Choi, S. K., Park, H., & Kim, B. S. K. (2007). Cultural influences on attachment: A case study in South Korea. Journal of Cross-Cultural Psychology, 38(6), 721-735. https://doi.org/10.1177/0022022107305842

Diamond, G. M., Diamond, G. S., & Schultheis, M. T. (2010). Attachment-based family therapy for adolescents with avoidant attachment. Family Process, 49(1), 101-116. https://doi.org/10.1111/j.1545-5300.2010.01309.x

Dutton, J. E., & Heaphy, E. D. (2003). The power of high-quality connections. In Positive organizational scholarship: Foundations of a new discipline (pp. 263-278). Berrett-Koehler.

Kobak, R. R., & Sceery, A. (1988). Attachment in late adolescence: Working models, affect regulation, and representation of self and others. Child Development, 59(1), 135-146. https://doi.org/10.2307/1130395

Mikulincer, M., & Shaver, P. R. (2007). Attachment in adulthood: Structure, dynamics, and change. Guilford Press.

psikogenesis.org

psikogenesis.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Air Kotak, Matcha, dan Jurnalis

Ilustrasi Air Kotak, Matcha, dan Jurnalis Sumber: Pinterest BARISTA MEMILIKI STOK BARANG BARU! itulah headline berita yang menggemparkan. Bagaimana tidak?