Ilustrasi Jejak di Bawah Rembulan
Sumber: Pinterest
Pagi datang dengan sinar lembut yang menembus tirai tipis di jendela. Aku tidak lagi memandang dunia luar dengan cara yang sama. Semalam telah mengubah segalanya. Ada sesuatu yang baru di dadaku, rasa yang tak pernah kurasakan sebelumnya, kebebasan yang menggoda dan ketakutan yang bercampur dengan semangat.
Sepanjang hari, aku gelisah. Bayangan lorong sempit, suara tawa penghuni malam, dan cerita-cerita petualangan mereka terus berputar dipikiranku. Aku tak bisa melupakan tatapan penuh percaya diri mereka, seolah mereka telah menemukan sesuatu yang aku cari.
Ketika malam tiba, aku kembali ke jendela besar itu. Angin dingin menyapa wajahku, seolah bertanya, “Apa kau siap?” Aku menatap bulan yang menggantung tinggi di langit. Bulan itu seperti saksi dari segala yang tersembunyi di kegelapan.
Dengan langkah mantap, aku melompat keluar lagi. Kali ini, aku tak ragu. Dunia luar memanggilku lebih kuat daripada malam sebelumnya. Aku kembali ke lorong sempit itu, berharap menemukan penghuni malam yang sama.
Namun, lorong itu kosong. Hanya ada bayang-bayang pohon yang menari diterpa angin. Aku merasa sedikit kecewa, tapi sebelum aku berbalik, suara berat memanggilku dari kejauhan.
“Kembali lagi?” Suara makhluk berwajah penuh bekas luka yang kutemui kemarin. Ia berdiri di ujung lorong, bersandar pada dinding bata.
“Aku ingin tahu lebih banyak,” jawabku tanpa ragu.
Dia tersenyum samar dan melangkah mendekat. “Kalau begitu, ikuti aku. Tapi ingat, dunia ini bukan untuk mereka yang takut melangkah.”
Aku mengangguk. Kami berjalan menyusuri lorong-lorong gelap, melewati taman kosong, dan menuju tempat yang lebih asing dari sebelumnya. Di sana, aku menemukan kelompok baru. Mereka tidak hanya bercerita, tetapi mereka bergerak, menunjukkan bagaimana mereka bertahan hidup, bagaimana mereka membaca tanda-tanda malam, dan bagaimana mereka menemukan keindahan dalam hal-hal yang tampak menakutkan.
Salah satu dari mereka, makhluk berbulu hitam dengan mata kuning tajam, mendekatiku. “Kau terlihat seperti anak manja. Apa yang kau cari di sini?” tanyanya tajam.
“Aku ingin tahu dunia luar,” jawabku mantap.
“Kau harus membuktikan dirimu,” katanya sebelum berbalik dan melompat ke pagar tinggi. “Ikuti aku jika berani.”
Tanpa berpikir panjang, aku mengejarnya. Kami melintasi atap-atap rumah, melompati pagar, dan menyusup ke tempat-tempat gelap yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Adrenalin mengalir deras ditubuhku. Aku mulai memahami apa yang mereka maksud tentang kebebasan.
Ketika malam semakin larut, kami berhenti di sebuah bukit kecil. Dari sana, aku bisa melihat kota yang berkilauan di bawah sinar bulan. Pemandangan itu membuatku terdiam.
“Kau lulus ujian pertama,” kata makhluk hitam itu dengan senyum tipis. “Tapi ini baru permulaan. Dunia ini penuh misteri, dan kau harus siap menghadapi semuanya.”
Aku mengangguk, merasakan semangat baru mengalir dalam diriku. Malam ini, aku telah melangkah lebih jauh dari sebelumnya. Aku tidak lagi hanya Rembulan di balik jendela, aku kini bagian dari dunia yang luas dan penuh tantangan.
Fajar mulai menyingsing ketika aku kembali ke tempatku. Kali ini, aku menatap jendela dengan pandangan berbeda. Jendela itu bukan lagi batas. Ia adalah awal dari petualangan-petualangan yang menantiku di bawah rembulan.
~ Aeris