Di sebuah kampus yang selalu ramai, seorang mahasiswa yang introvert merasa kesulitan untuk berbaur dengan banyak orang. Setiap hari, Ia melintasi koridor kampus dengan kepala tertunduk lengkap dengan earphone di telinga sehingga menciptakan dinding tak terlihat antara dirinya dan dunia luar.
Saat di kelas, Ia duduk di barisan tengah bersama teman-teman dekatnya. Dengan mereka, Ia bisa berbicara, bercanda, serta merasa nyaman dan diterima. Namun, ketika obrolan telah meluas ke kelompok yang lebih besar, Ia kembali menyendiri lagi dan memilih untuk mendengarkan daripada berbicara.
Sedangkan saat istirahat, Ia lebih suka duduk di sudut taman kampus sambil menonton serial favorit atau bermain game di ponselnya. Ia lebih suka menghabiskan waktu sendirian, membiarkan pikirannya berkelana di dunia digital, daripada berada di kantin yang ramai dan bising.
Kesunyian di keramaian menjadi bagian dari hidupnya. Di tengah hiruk-pikuk kampus dan kesulitannya dalam berbaur dengan banyak orang, Ia tetap bisa menikmati waktunya dengan cara yang membuatnya merasa tenang dan nyaman. Di balik semua itu, Ia menyadari bahwa meski berbeda, Ia tetap memiliki tempat dan cara sendiri untuk menikmati dunia yang ramai ini.
-Aether