Postingan Edukasi Digital di Instagram
Sumber: Dok. Pribadi
Mahasiswa Kuliah Kerja Profesi (KKP) Pusat Layanan Psikologi (PLP) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar kegiatan edukasi digital bertajuk “Keseimbangan Berbagi Informasi dan Memahami Batasan dalam Mencegah Terjadinya Oversharing” yang dilaksanakan secara daring melalui platform Instagram pada Kamis (27-02) hingga Kamis (13/03) dan dilanjutkan melalui WhatsApp pada Jumat-Jumat (2–9/05).
Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan pesan psikoedukatif mengenai bahaya oversharing yaitu perilaku membagikan informasi pribadi secara berlebihan di media sosial, serta meningkatkan kesadaran sivitas akademika akan pentingnya membatasi dan mengelola informasi pribadi secara bijak di ruang digital.
Nurkhofifah selaku mahasiswa KKP PLP FPsi UNM mengungkapkan bahwa inisiatif edukatif ini berangkat dari kekhawatiran terhadap maraknya praktik oversharing yang dapat berdampak pada kerentanan psikologis dan sosial seseorang di era digital saat ini.
“Melalui media digital, banyak orang tidak sadar telah membagikan informasi pribadi secara berlebihan. Padahal, hal tersebut bisa menimbulkan risiko seperti penyalahgunaan data hingga tekanan sosial. Maka dari itu, kami ingin mengedukasi bahwa membatasi informasi pribadi adalah bentuk perlindungan diri,” ujar Nurkhofifah
Lebih lanjut, menegaskan bahwa penggunaan media psikoedukatif sederhana seperti poster digital dapat menjadi alternatif strategis dalam membangun kesadaran dan perilaku digital yang lebih bijak, khususnya di kalangan mahasiswa.
“Kami ingin menunjukkan bahwa upaya meningkatkan literasi digital tidak harus dengan metode yang rumit. Poster yang dikemas secara menarik dan informatif dapat menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan pesan penting seperti ini,” tambahnya.
Sebagai penutup, Nurkhofifah berharap edukasi ini dapat menjadi pemantik bagi mahasiswa untuk lebih reflektif dalam berbagi informasi di media sosial dan menjadikan pembatasan informasi pribadi sebagai bagian dari gaya hidup digital yang sehat.
“Harapannya, kegiatan ini bisa menjadi pengingat bahwa menjaga privasi adalah bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan psikologis di tengah dunia yang semakin terbuka,” tutupnya.