LPM Psikogenesis

LPM Psikogenesis
LPM Psikogenesis

Mahasiswa KKP PLP FPsi UNM Laksanakan Edukasi Crab Mentality Melalui Media Sosial

Edukasi Crab Mentality

Sumber: Dok. Pribadi

Firni Eka Desria, Peserta Kegiatan Kuliah Profesi (KKP) Pusat Layanan Psikologi (PLP) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) sukses melaksanakan kegiatan psikoedukasi bertema “Crab Mentality dalam Lingkungan Sosial” melalui media sosial Instagram pada Selasa-Selasa (29/04–06/05)

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, mengenai bahaya pola pikir destruktif yang dapat menghambat perkembangan individu maupun kelompok. Melalui kegiatan ini, Firni ingin mengenalkan defenisi crab mentality, latarbelakang perilaku ini sering muncul di lingkungan sosial, dampak terhadap individu dan kelompok, serta strategi mengatasinya. Poster edukatif disebarkan melalui akun Instagram @frnyed, yang memuat penjelasan singkat, visual menarik, dan ajakan refleksi diri bagi para pengikutnya.

Mahasiswi yang akrab disapa Firni menjelaskan defenisi crab mentality.

Crab mentality itu seperti sekumpulan kepiting dalam ember. Saat satu mencoba memanjat keluar, yang lain akan menariknya turun, sehingga tidak ada yang berhasil lolos. Pola ini sering muncul di lingkungan sekitar kita, di mana orang sulit menerima atau mendukung keberhasilan orang lain,” jelas Firni.

Berdasarkan data evaluasi, poster yang diunggah selama satu minggu berhasil menjangkau 278 akun, memperoleh 669 tayangan, dan mendapatkan 114 likes. Selain itu, 50 responden dengan rentang usia 18–30 tahun bersedia mengisi survei evaluasi melalui Google Form yang dikirimkan langsung melalui pesan pribadi di Instagram.

Hasil survei menunjukkan bahwa 84% responden menilai tampilan poster menarik, 86% menyatakan memahami isi poster, 60% merasa pernah atau sedang mengalami crab mentality, dan 92% menganggap informasi yang diberikan bermanfaat untuk mengenali pola pikir negatif ini.

Firni juga menambahkan bahwa edukasi ini memberikan wawasan baru bagi responden.

“Banyak dari responden yang mengaku pernah merasa iri atau tidak suka melihat keberhasilan orang lain. Setelah menyimak poster, mereka mengaku mulai bisa mengenali pola ini dalam diri sendiri maupun di sekitar mereka. Ini langkah awal yang sangat penting,” tambah Firni.

Selain memberikan edukasi, Firni juga menyadari adanya tantangan dan keterbatasan dalam kegiatan ini. Salah satu tantangan adalah bias partisipasi karena sebagian besar responden

merupakan pengikut akun Instagram yang memang sudah memiliki ketertarikan terhadap isu psikologi. Selain itu, penggunaan instrumen survei berbasis self-report rentan memunculkan bias sosial, yaitu kecenderungan responden memberikan jawaban yang dianggap “baik secara sosial”.

“Kedepan, kami ingin melibatkan partisipan yang lebih beragam, tidak hanya mereka yang sudah tertarik pada isu psikologi. Kami juga berharap bisa menggunakan metode evaluasi yang lebih beragam, seperti wawancara langsung atau observasi, supaya mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh,” ungkap Firni.

Melalui kegiatan psikoedukasi ini, Firni berharap masyarakat, terutama generasi muda, mulai memahami pentingnya menghargai keberhasilan orang lain dan mengurangi kecenderungan membandingkan diri secara tidak sehat. Menurutnya, mengatasi crab mentality bukan hanya soal mengendalikan rasa iri, tetapi juga soal membangun budaya sosial yang suportif dan inklusif.

“Kalau kita bisa belajar menghargai keberhasilan orang lain, itu akan mendorong pertumbuhan bersama. Kita tidak perlu saling menjatuhkan untuk maju. Edukasi semacam ini penting untuk diperluas ke lingkup yang lebih besar agar makin banyak orang yang sadar dan mau berubah,” tutup Firni.

psikogenesis.org

psikogenesis.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts