Lima Terbaik Lomba Pidato pada AECEP 2025
Sumber: Dok. Pribadi
Psikogenesis, Sabtu (06/09) – Nur Athirah Hadis, Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) angkatan 2021 berhasil meraih prestasi pada ajang Asia-Europe Conference and Exchange Program (AECEP) 2025 yang dilaksanakan pada Rabu hingga Selasa (02-22/07) lalu.
Nur Athirah Hadis merasa senang dan bersyukur karena berhasil meraih penghargaan internasional pertamanya. Baginya, kemenangan di kategori Top 5 Best Speech/Best Speaker, Group Idea Project, Video Performance bukan sekadar prestasi, melainkan kebanggaan dapat membawa nama Indonesia, kampus, dan fakultas ke panggung dunia.
“Saya sangat bersyukur, karena ajang ini menjadi kompetisi internasional pertama yang berhasil saya menangkan di kategori Top 5 Best Speech/Best Speaker, Group Idea Project, Video Performance. Kemenangan ini bermakna besar, bukan hanya sebagai prestasi, tetapi juga kesempatan membawa nama Indonesia, kampus, dan fakultas ke level dunia,” ungkapnya.
Mahasiswi yang akrab disapa Athirah ini juga aktif mengikuti kegiatan yang dapat memperkaya pengalaman sekaligus melatih kemampuan berbahasa Inggris. Dirinya melakukan riset mendalam dan akhirnya mengusulkan isu disabilitas, bukan hanya sebagai topik akademis, tetapi juga wujud kepeduliannya terhadap masalah sosial yang sering terabaikan di Indonesia.
“Untuk persiapannya, saya aktif mengikuti berbagai kegiatan yang dapat menambah pengalaman sekaligus mengasah kemampuan berbahasa Inggris. Sejak awal, saya melakukan riset mendalam agar topik yang dipilih relevan. Menyadari pentingnya kolaborasi lintas negara, saya mengusulkan isu disabilitas, bukan sekadar tema akademis, melainkan bentuk kepedulian karena di Indonesia isu ini sering terabaikan. Melalui forum internasional, saya ingin menyuarakan hak mereka sekaligus mengajak lebih banyak pihak untuk peduli,” jelasnya.
Athirah menerangkan bahwa kegiatan ini memberikan banyak manfaat, mulai dari kesempatan berdiskusi langsung dengan para pakar, mendapatkan coaching beasiswa, membangun jejaring internasional, hingga memperoleh surat rekomendasi untuk melanjutkan studi di Malaysia.
“Dari kegiatan ini saya mendapatkan banyak manfaat, mulai dari kesempatan berdiskusi langsung dengan para pakar di bidangnya masing-masing, mendapatkan coaching terkait beasiswa, pengalaman hidup, membangun networking baru, dan pembelajaran lintas budaya melalui pertukaran dengan peserta dari berbagai negara, serta memperoleh recommendation letter untuk studi di Malaysia,” terangnya.
Athirah juga menuturkan bahwa tantangan terbesar dirinya adalah menjaga rasa percaya diri, manajemen waktu, berbicara dalam bahasa Inggris di hadapan peserta internasional serta memimpin proyek kelompok.
“Tantangan terbesar bagi saya adalah bagaimana menjaga keyakinan diri untuk terus berinovasi, belajar, serta mampu manajemen waktu dengan baik. Selain itu, berbicara bahasa Inggris di hadapan peserta internasional dan memimpin proyek kelompok juga menjadi tantangan besar. Namun, semua ini justru memberi pelajaran tentang manajemen diri, keberanian, dan pentingnya komunikasi lintas budaya, yang memperkaya saya baik sebagai mahasiswa maupun pribadi,” tuturnya.
Sebagai penutup, Athirah menyarankan agar jangan takut terhadap kegagalan. Dirinya juga berharap bahwa pengalaman ini tidak hanya sekadar pencapaian, namun juga menjadi langkah awal untuk berkembang, bersuara, dan memperjuangkan isu-isu penting.
“Saran saya, jangan takut gagal, karena dari kegagalan saya belajar bahwa proses lebih penting daripada hasil. Saya yakin kunci kesuksesan adalah konsistensi serta doa. Saya berharap pengalaman ini tidak berhenti sebagai pencapaian, melainkan menjadi langkah awal untuk terus berkembang, berani bersuara, dan memperjuangkan isu penting di forum yang lebih luas.”
(LFY)
