LPM Psikogenesis

LPM Psikogenesis
LPM Psikogenesis

Tarif Testee Intelbak Jadi Polemik! Apa yang Sebenarnya Terjadi?

follow:
Ilustrasi proses praktikum Matkul Intelbak
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Selasa (03/09) – Mahasiswa yang terlibat, Menteri Pendidikan dan Pelatihan (Mendiklat) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM), Koordinator Dosen Pengampu Mata Kuliah (Matkul) praktikum Intelegensi Minat dan Bakat (Intelbak), Ketua Komisi Disiplin (Komdis) memberikan klarifikasi kronologi dan tanggapan dalam kontroversi tangkapan layar percakapan tarif reward menjadi testee Matkul Intelbak yang tersebar sejak Minggu (31/08) yang lalu. (Baca berita sebelumnya: Gencar Dicari Sebagai Testee, Maba 2024 Minta Reward dalam Bentuk Uang).

Kronologi Kejadian

Pada Sabtu (31/08), R yang merupakan Mahasiswa angkatan 2022 meminta kesedian Z untuk menjadi testee, namun Z yang merupakan maba 2024 sudah menyetujui penawaran Mahasiswa lain sehingga R meminta tolong agar Z menanyakan ke teman-temannya yang bisa menjadi testee. Z kemudian menawarkan kemungkinan dirinya dapat menjaadi testee dari R jika reward-nya berupa biaya transportasi ke lokasi praktikum, yang kemudian di setujui oleh R.

“Awalnya saya tanyakan dulu, sudah ada tester-nya atau tidak, maba ini bilang kalau sudah ada. Jadi saya minta tolong bantu carikan testee, tiba-tiba dia (baca: Z) menawarkan diri karena katanya mau lihat-lihat dulu reward-nya apa. Dia mau reward berupa ongkos pulang pergi, saya oke kan pertemuan 50 ribu. Saya juga tawarkan buku psikologi karena memang beberapa Matkul mewajibkan punya,” sampainya.

Selang beberapa waktu, sehari sebelum pengambilan jadwal praktikum. R dikejutkan dengan pengunduran diri Z sebagai testee dengan alasan sudah mendapatkan tawaran yang lebih.

“Kemudian Z mengundurkan diri karena dapat tawaran lebih tinggi, saya kaget dan sebenarnya sakit hati karena saya anggap diriku sudah aman karena besoknya sudah mau war (baca: berebut) jadwal (baca: pengambilan jadwal praktikum) dan testeenya masih belum jelas,” kejutnya.

R menambahkan bahwa Z bertanggung jawab dengan mencarikan R testee baru. Namun, karena takut dengan kejadian testee yang tiba-tiba mengundurkan diri, R mengganti testee ke mahasiswa angkatan 2023.

“Saya minta tolong ke Z untuk dicarikan testee, dan sudah dapat. Tapi beberapa waktu kemudian karena mungkin agak-agak trauma juga ya, saya langsung ganti testee ke Angkatan 2023 karena memang juga saya lihat testee yang saya dapatkan di awal ini (baca: angkatan 2024) jadwalnya agak padat,” tambahnya.

Kronologi Tersebarnya Tangkapan Layar

A Mahasiswa angkatan 2022 lain mengaku bahwa dirinyalah yang menyebarkan tangkapan layar berisi percakapan di grup maba yang awalnya hanya dikirim kepada teman dan memberitahu untuk tidak disebarluaskan dengan alasan A merasa tidak enak. Namun, tangkapan layar tersebut disebarluaskan karena isu tersebut sudah ramai diperbincangkan, serta sudah ada bocoran percakapan melalui story WhatsApp (SW).

“Saya yang sebar screenshot (baca: tangkapan layar) grup maba, awalnya saya cuma kirim ke temanku dan di-Share sama temanku tapi saya suruh hapus karena tidak enak. Tapi, temanku bilang kirim semua mi mumpung dibahas, karena sebelumnya sudah ada juga yang bocorkan isi percakapan maba lewat SW. Setahuku itu awal mulanya, karena ada yang pasang SW,” akunya.

A menjelaskan, awalnya dirinya meminta tolong kepada Bapak Ibu Suku Angkatan 2024 untuk menyebarkan informasi di grup angkatan maba. Namun karena tak kunjung mendapatkan respon. A meminta bergabung ke dalam salah satu grup maba untuk menawarkan secara langsung kepada maba agar menjadi testee.

“Jadi awalnya saya chat Ibu Suku dan Bapak Suku Angkatan 24 untuk minta tolong di-Share (baca: sebar) kan ke grupnya mereka kalau saya cari testee, tapi karena belum ada yang saya dapat jadi saya minta izin untuk join ke grup itu (baca: grup Angkatan 2024) untuk chat mereka satu persatu,” jelasnya.

A juga mengatakan bahwa salah satu maba menawarkan diri dengan tarif Rp. 150.000 per-pertemuan, A melakukan negosiasi agar reward yang diberikan Rp. 150.000 sampai selesai praktikum. Namun, Z menolak meskipun diberi pilihan peminjaman buku dari semester satu hingga empat serta pemberian reward berupa makanan tiap pertemuan.

“Saya chat salah satu maba yang menawarkan diri (baca: dengan reward) 150 ribu, dan saya bilang ‘150 ribu sampai selesai praktikum?’ terus dia jawab ‘150 ribu per-pertemuan kak’. Di sini saya nego dengan cara saya kasih reward pinjam buku dari semester satu sampai empat, serta saya kasih reward makanan setiap pertemuan tapi tetap tidak mau,” katanya.

Tangkapan layar A yang melakukan negosiasi dengan Z Sumber: Dok. Pribadi

Tangkapan layar A yang melakukan negosiasi dengan Z
Sumber: Dok. Pribadi

Lebih lanjut, A menuturkan bahwa sudah mendapatkan testee baru, dikarenakan cukup memberatkan jika harus membayar testee tiap pertemuan.

“Karena menurutku cukup memberatkan kalau dibayar tiap pertemuan, makanya saya cari testee baru dan sudah dapat testee yang mau reward dalam bentuk apapun dan seikhlas saya saja,” tuturnya.

Perspektif Salah Satu Maba yang Terlibat

Z yang merupakan salah satu maba yang terlibat dalam kejadian ini menjelaskan bahwa awalnya hanya meminta biaya transportasi, namun Z berpikir bahwa menjadi testee merupakan momentum yang tepat dalam mendapat uang tambahan.

“Awalnya saya cuma minta harga untuk pembayaran ojek online karena masih terhalang kendaraan, sedangkan jarak kampus ke kost cukup jauh. Namun, di situ terjadi kesalahan saya, saya berpikir untuk memanfaatkan hal tersebut untuk mendapat uang tambahan yang melebihi tarif ojek online,” jelasnya.

Z yang merupakan seorang testee menjelaskan bahwa tidak ada keseriusan terkait tarif menjadi testee, namun tester  Y menyetujui tarif Rp. 100.000 tiap pertemuan. Z kemudian memutuskan janji dengan tester sebelumnya yaitu R dan setuju dengan tester Y karena penawaran yang lebih tinggi.

“Awalnya saya tidak ada keseriusan soal seratus ribu atau selebihnya. Setelah itu, Y dapat nomor saya dari temannya yang sebelumnya saya bilang seratus ribu tiap pertemuan dan ternyata Y setuju. Jadi saya putuskan janji dengan tester sebelumnya (baca: tester R) dan saya iyakan (baca: tester Y) sebab mendapat reward lebih besar. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, saya mencoba membantu mencarikan testee baru,” jelasnya.

Pernyataan Kemendiklat BEM Kema FPsi UNM

Muammar Zulfikri selaku Menteri Pendidikan dan Pelatihan (Mendiklat) BEM Kema FPsi UNM mengungkapkan bahwa pengumpulan maba angkatan 2024 dilakukan pada Minggu (01/09) secara mendadak untuk menindaklanjuti adanya candaan maba angkatan 2024 terkait tarif sebagai reward (baca berita sebelumnya: Gencar Dicari Sebagai Testee, maba Angkatan 2024 Minta Reward dalam Bentuk Uang) jika menjadi testee Matkul  Intelbak.

“Pengumpulan dilakukan secara mendadak pada Minggu berdasarkan suatu permasalahan yang terjadi antara maba dengan Angkatan 2022 yang mengambil Mata Kuliah Intelbak, serta mendengarkan cerita lengkap dari mahasiswa yang bersangkutan, kemudian melakukan evaluasi terhadap maba tersebut,” ungkapnya.

Mendiklat BEM Kema FPsi UNM yang akrab disapa Ammar juga menuturkan bahwa sebelum melakukan pengumpulan, dilakukan diskusi bersama beberapa maba yang bersangkutan terkait masalah candaan maba Angkatan 2024.

“Sebelum melakukan pengumpulan, kami (baca: Kemendiklat BEM Kema FPsi UNM) berdiskusi dengan mahasiswa-mahasiswa yang dirasa telah terbukti terlibat dalam masalah ini,” tuturnya.

Lebih lanjut, Ammar menjelaskan bahwa maba melihat adanya kesempatan dalam menghasilkan uang dengan menjadi testee ketika beberapa mahasiswa Angkatan 2022 menawarkan maba dengan reward berupa uang tunai.

“Berdasarkan kronologi dari maba yang terlibat, awal mulanya ketika beberapa mahasiswa 2022 yang ambil Intelbak menawari maba untuk jadi testee dan memberikan reward sebesar 50 ribu. Kemudian maba berasumsi bahwa ajang ini bisa dijadikan tempat menghasilkan uang, sehingga mereka (baca: maba Angkatan 2024 FPsi UNM)  yang awalnya bercanda, sampai ada yang ke tahap serius melakukan nego dengan mahasiswa Angkatan 22,” jelasnya.

Tangkapan layar grup maba angkatan 2024
Sumber: Dok. Pribadi

Sebagai tindak lanjut, Ammar menyebutkan bahwa Kemendiklat BEM Kema FPsi UNM akan mengawasi maba terkait pemasangan tarif sebagai syarat untuk dijadikan testee.

“Kami (baca: Kemendiklat BEM Kema FPsi UNM) akan tetap mengawasi maba apakah mereka masih memasang tarif untuk dijadikan testee atau tidak, agar mereka betul-betul memahami kalau menjadi testee itu sudah menjadi keuntungan yang besar,” jelasnya.

Tanggapan Koordinator Dosen Pengampu Mata Kuliah Intelbak

Ahmad Ridfah selaku Koordinator Dosen Pengampu Matkul Intelbak menjelaskan bahwa isu maba yang menetapkan tarif sebagai syarat menjadi testee Intelbak sudah diketahui pada hari Sabtu (31/08). Lebih lanjut, Ridfah melakukan diskusi dengan Komdis perihal isu terkait sekaligus mendiskusikan dengan Dosen Pengampu Mata Kuliah Intelbak.

“Dosen Pengampu tau itu kejadian pas cerita itu muncul, saya taunya hari Sabtu (31/08) dari angkatan alumni FPsi UNM, saya cek Telegram ternyata ada mahasiswa yang menyampaikan hal yang sama (baca: maba tetapkan tarif sebagai syarat menjadi testee Intelbak) makanya saya kaget, kenapa ada pembayaran seperti ini. Kemudian saya konsultasikan ke Komdis terkait langkah yang akan digunakan agar masalah ini tidak terulang dan saya konsultasikan dengan teman pengajar Intelbak,” jelasnya.

Ridfah yang juga merupakan Ketua Jurusan (Kajur) menyampaikan bahwa hal ini sudah disampaikan ke Komdis untuk ditindaklanjuti. Ridfah menjelaskan bahwa sebagai Dosen Pengajar, diputuskan untuk tidak mewajibkan maba angkatan 2024 sebagai testee Matkul Intelbak.

“Sebagai Kajur saya sudah menyampaikkan ke Komdis, jadi nanti Komdis yang akan melakukan sesuatu mungkin, kita tidak tahu juga karena tidak ada rapatnya terkait itu kepada maba 2024. Dan sebagai dosen pengajar,  sehingga kami simpulkan bahwa tidak lagi mewajibkan maba untuk menjadi testee-nya. Jadi, mereka bebas ambil testee dari luar agar beban Kating (baca: kakak tingkat) kalau memang betul mereka diminta sampai segitu dilepas,” jelasnya.

Menurutnya, reward testee biasanya disesuaikan dengan usia testee, terkadang hanya diucapkan terima kasih atau pemberian makanan sebagai reward. Ridfah mengakui belum pernah mendengar terkait isu serupa dan tidak mengetahui awal mula uang yang dijadikan sebagai reward.

“Biasanya reward testee itu seperti air putih atau permen, tergantung usianya. Kadang juga diucapkan terima kasih seperti biasanya, kadang juga kita jemput testee-nya dan kalau bakal diingat kayak saya dikasih minuman, begitu-begitu. Jadi, saya sendiri tidak tau kapan mulainya. Ini pertama kalinya saya dengar jelas sekali (baca: uang sebagai reward menjadi testee) karena tahun sebelumnya mungkin ada tapi saya tidak tau,” tuturnya.

Pada hari Minggu (01/09) beredar himbauan Kaprodi terkait pengisian spreadsheet yang menghimbau agar Koordinator Matkul Intelbak melakukan pendaftaran nama maba FPsi UNM yang tidak bersedia menjadi testee beserta alasannya. Ridfah menuturkan bahwa dirinya tidak tau kelanjutan dan penyelesaian yang diberikan oleh Kaprodi.

“Di Telegram beredar spreadsheet (baca: daftar nama maba FPsi UNM yang tidak mau menjadi testee beserta alasan) dari Kaprodi, tapi saya sendiri tidak tau bagaimana kelanjutan dan penyelesaiannya, saya tidak tau berapa mahasiswa terlibat dan alasannya seperti apa,” tuturnya.

Pada hari Minggu (01/09) Ridfah menyampaikan ke maba bahwa mahasiswa yang memprogramkan Matkul Intelbak diminta mencari maba sebagai kriteria testee Matkul Intelbak dan berharap agar maba memiliki gambaran ketika memprogramkan Matkul Intelbak ke depannya.

“Hari Minggu saya beritahu ke maba bahwa Katingnya yang mengambil Matkul Intelbak diminta untuk mencari maba untuk dijadikan subjek atau testee, dengan harapan agar maba punya gambaran ketika sudah memprogramkan Matkul Intelbak sehingga lebih punya gambaran ketika menjadi tester,” sampainya.

Lanjut, Ridfah menuturkan bahwa kriteria testee Intelbak sekarang hanya berlaku untuk tahun ajaran 2024/2025 saja. Ridfah menyampaikan bahwa akan melihat lebih lanjut terkait dampak yang ditimbulkan akibat adanya perubahan kriteria testee Intelbak.

“Syarat bukan maba sebagai testee kemungkinan hanya untuk kali ini saja, nanti dilihat apa efeknya kalau ada perubahan, apakah bagus atau malah makin merepotkan karena Katingnya harus cari orang luar karena kadang orang luar sulit diatur, susah jalin kontrak, kadang juga tiba-tiba tidak bisa padahal sudah harus praktikum,” tuturnya.

Akhir kata, Ridfah berharap agar ke depannya tidak ada lagi model pembelajaran seperti ini, sebab kriteria testee Intelbak yang merupakan maba merupakan hal yang penting karena adanya hubungan timbal balik. Ridfah menyampaikan bahwa seharusnya Maba lebih gencar untuk dijadikan testee Intelbak agar dapat pembelajaran lebih dulu.

“Harapan ke depannya semoga tidak ada lagi model pembelajaran seperti ini, tapi ya sebaiknya tetap maba yang menjadi subjek karena itu hal penting bagi sang maba karena kita butuh. Kurikulum sekarang itu Intelbak masih pilihan, sedangkan kurikulum maba sudah wajib, jadi harusnya dia punya keterampilan yang lebih kuat dari kakak-kakaknya dengan menjadi testee. Malah seharusnya maba yang lebih aktif cari kakaknya untuk jadi testee ketika tau Intelbak itu apa biar dapat pembelajaran,” harapnya.

Tanggapan Komdis

Perdana Kusuma selaku Ketua Komdis mengungkapkan bahwa penetapan tarif untuk menjadi testee merupakan hak testee dan tidak ada pelanggaran yang dilakukan. Menurutnya, yang menjadi perhatian Komdis adalah pola komunikasi dan bahasa yang digunakan kurang etis dan kurang diterima secara norma.

“Tidak ada pelanggaran ketika dia tetapkan tarif, itu adalah hak dia (baca: testee). Yang menarik perhatian kami di Komdis adalah pola komunikasinya dari siapa instruksi yang pasang tarif, apakah itu dikoordinir oleh orang tertentu atau diinisiasi oleh orang tertentu. Bahasa-bahasa yang dia gunakan kurang diterima secara norma, karena itu kurang etis,” ungkapnya.

Ketua Komdis yang kerap disapa Dana ini menuturkan bahwa yang perlu menjadi sorotan adalah siapa yang menyebarkan chat, sebab itu melanggar Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

“Poin penting yang perlu di highlight, siapa yang menyebarkan chat itu (baca: candaan mahasiswa baru Angkatan 2024). Itu yang mau saya Komdis kan. Bukankah itu melanggar UU ITE mengenai transaksi elektronik?,” tuturnya

Lanjut, Dana menjelaskan agar tidak langsung melabeli angkatan hanya karena perbuatan salah satu individu yang memasang tarif untuk menjadi testee. Menurutnya, yang menjadi persoalan adalah tindakan dalam meminta kesediaan mahasiswa untuk menjadi testee, sehingga keuntungan menjadi testee dipertanyakan.

“Saya ingin menghimbau agar kita tidak langsung melabeli individu apalagi melabeli angkatan. Jangan sampai itu melekat jadi stereotype ke angkatannya dia bahwa semua Angkatan 2024 itu pasang tarif. Persoalan lainnya adalah, sudah benarkah caranya kakak-kakak minta itu untuk kesediaan mereka menjadi testee? Kemungkinannya ada yang bakal bilang sudah, ada juga yang tidak bagus caranya pendekatan. Sehingga ada orang yang bilang apa untungnya kalau saya jadi testee-nya,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dana mengungkapkan bahwa upaya preventif yang telah didiskusikan ialah dengan melakukan sosialisasi terkait etika berkomunikasi dalam berinteraksi di kampus, serta ada juga ruang yang diberikan oleh BEM Kema FPsi UNM dalam kegiatan Psychology Leadership Training (PLT).

“Langkah-langkah preventif yang sudah dibicarakan dengan beberapa anggota Komdis terkait melakukan sosialisasi mengenai etika berkomunikasi berinteraksi dalam kampus, dan itu dikasih ruang sama BEM terkait etika kehidupan kampus nanti pada saat mereka PLT, nanti dari Komdis yang akan menyampaikan secara langsung,” ungkapnya.

Terakhir, Dana menyampaikan bahwa Komdis bekerja berdasarkan laporan yang masuk agar dapat dibawa ke persidangan untuk ditindaklanjuti, Dana juga menyampaikan bahwa sejauh ini belum ada satupun laporan yang masuk.

“Komdis itu bekerja berdasarkan laporan yang masuk, sedangkan sekarang laporan belum masuk, tapi kami mencari tau apa yang terjadi sebenarnya, siapa pelakunya. Tetapi untuk ke persidangan harus ada laporan itu, dan akan ditindaklanjuti kalau bikin laporan, tidak harus punya jabatan dan lembaga tertentu. Sejauh ini belum ada satupun laporan yang masuk,” tutupnya. (RNA/AIRE)

psikogenesis.org

psikogenesis.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Air Kotak, Matcha, dan Jurnalis

Ilustrasi Air Kotak, Matcha, dan Jurnalis Sumber: Pinterest BARISTA MEMILIKI STOK BARANG BARU! itulah headline berita yang menggemparkan. Bagaimana tidak?