Foto Bersama Pelatihan Kewirausahaan Bagi Tunanetra DPD Pertuni Sulsel
Sumber: Dok. Pribadi
Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Negeri Makassar (UNM) sukses melaksanakan kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi penyandang disabilitas, khususnya tunanetra yang tergabung dalam Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Pertuni Sulawesi Selatan (Sulsel) di Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia, Sekolah Luar Biasa (SLB) YAPTI Makassar pada Senin (18/08) lalu.
Kegiatan ini bertujuan untuk membekali anggota Pertuni keterampilan merancang dan mengembangkan ide bisnis agar lebih mandiri secara ekonomi. Topik pelatihan ini dibuat berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan kepada anggota Pertuni Sulsel, dimana sekitar 60% menyatakan membutuhkan pelatihan terkait kewirausahaan.
Hal ini juga sejalan dengan data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sulsel yang mencatat lebih dari 1,2 juta pelaku UMKM dengan potensi besar di sektor kuliner, kerajinan, dan jasa. Namun, penyandang tunanetra masih menghadapi keterbatasan akses terhadap pelatihan yang inklusif.
Ketua tim PKM, Rahmawati Syam menjelaskan bahwa program ini tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis berwirausaha tapi juga peserta diharapkan mampu mengidentifikasi peluang bisnis mereka.
“Program ini bukan hanya mengajarkan keterampilan teknis berwirausaha, tetapi juga membangun pola pikir mandiri, percaya diri, dan adaptif terhadap perubahan. Kami ingin peserta mampu mengidentifikasi peluang bisnis yang sesuai dengan kondisi dan potensi mereka,” jelasnya.
Sementara itu, Yoga selaku Ketua DPD Pertuni Sulsel menuturkan bahwa dengan adanya kegiatan ini, anggota DPD Pertuni Sulsel diharapkan dapat mengembangkan usaha yang berkelanjutan.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat karena selama ini anggota kami kesulitan mengakses pelatihan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan tunanetra. Dengan adanya pendampingan seperti ini, kami (baca: DPD Pertuni Sulsel) optimis anggota bisa mengembangkan usaha yang berkelanjutan,” tuturnya.
Selain pemberian materi, pelatihan ini turut dirancang dengan pendekatan psikoedukasi aktif agar peserta dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi peserta yang dikumpulkan melalui wordcloud, menunjukkan respon positif terhadap pelatihan ini.
Sebagian besar peserta mengaku merasa lebih berpikir positif, mendapatkan motivasi baru, merasa senang, hingga penasaran untuk mulai berwirausaha. Banyak juga yang menilai materi yang diberikan bermanfaat dan membuka wawasan baru.
Peserta juga mengaku merasakan perubahan setelah mengikuti kegiatan yang cukup beragam seperti adanya peningkatan pengetahuan, bertambahnya wawasan, serta dorongan semangat untuk melanjutkan usaha.
Beberapa peserta bahkan mulai menyusun rencana untuk membangun usaha lain dengan strategi kewirausahaan yang lebih terarah. Rasa semangat dan motivasi menjadi kata yang paling banyak muncul, menandakan pelatihan ini berdampak pada peningkatan optimisme peserta dalam menjalankan usaha.
Pelatihan kewirausahaan ini juga memperkenalkan teknologi aksesibel, seperti aplikasi pembaca layar dan platform e-commerce yang ramah tunanetra. Juga peserta dibimbing untuk menyusun rencana bisnis sederhana, melakukan validasi ide, hingga mempresentasikan konsep usaha.
Dengan adanya program ini, diharapkan dapat meningkatkan inklusi ekonomi bagi penyandang disabilitas kedepannya, serta mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama perguruan tinggi dalam bidang pengabdian masyarakat.