Poster Drama Korea When The Phone Rings
Sumber: Google
When The Phone Rings merupakan seri televisi yang ditulis oleh Kim Ji-Woon yang disutradarai oleh Park Sang-Woo dan Wi Deuk-Gyu. Seri ini tayang perdana di MBC TV serta dapat disaksikan di Netflix yang menceritakan tentang politikus muda bernama Paik Sa-Eon yang merupakan putra dari keluarga politikus terpandang yang menikah dengan Hong Hee-Jo, seorang tokoh terkemuka di Korea. Kisah ini memunculkan ketegangan setelah Paik Sa-Eon menerima panggilan telepon yang berisi ancaman dari seorang penculik sehingga mengubah kehidupan mereka.
Di awal serial ini muncul, tokoh Hong Hee-Jo menyita atensi penonton lantaran mengalami selective mutism karena kecelakaan yang dialaminya saat masih kecil sehingga membuat Hong Hee-jo menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Namun, sebenarnya apa sih selective mutism itu?
Selective Mutism (SM) adalah gangguan kecemasan yang dimulai di masa kanak-kanak dengan gejala utama adalah anak-anak tidak dapat berbicara dalam situasi tertentu, meskipun dapat berbicara dengan normal di lingkungan lain. SM pertama kali diidentifikasi pada tahun 1877 oleh Adolf Kussmaul, yang menyebut kondisi tersebut sebagai ‘aphasia voluntaria’. Kondisi tersebut kemudian dinamai ‘elective mutism‘, yang mencerminkan keyakinan bahwa anak-anak dengan kondisi tersebut secara aktif memilih untuk tidak berbicara.
Sebagai contoh, seorang anak dengan SM menolak untuk berbicara atau berbicara dengan sangat pelan di sekolah, sementara anak tersebut dapat berbicara dengan suara yang keras ketika berada di rumah. SM erat kaitannya dengan gangguan kecemasan pada masa kanak-kanak dan bukan merupakan gejala gangguan bicara.
Sebagian besar diagnosis dibuat saat masa kanak-kanak atau remaja awal dan tidak terkait dengan kecerdasan.
Istilah SM telah digunakan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi 4 dan 5 (DSM-IV dan DSM-V), juga telah digunakan dalam International Classification of Diseases dalam revisi ke-11 (ICD-11) dan telah menggantikan istilah yang kurang umum, ‘elective mutism‘ yang digunakan dalam revisi ke-10 (ICD-10).
Meskipun telah diidentifikasi lebih dari satu abad yang lalu, SM hanya mendapat sedikit perhatian sistematis dalam literatur psikologi dan psikiatri hingga dua dekade terakhir. Dilaporkan bahwa SM lebih umum terjadi pada wanita daripada pada pria. Secara realistis, hal ini kemungkinan besar karena lebih mungkin dilaporkan pada wanita, sedangkan beberapa pria mungkin menderita SM tetapi tidak menyadari atau tidak mau didiagnosis secara resmi.
Apa saja karakteristik SM?
DSM-IV-TR dan ICD-10 mendefinisikan ciri utama SM sebagai ketidakmampuan untuk berbicara secara konsisten dalam situasi sosial tertentu, seperti di sekolah, meskipun bisa berbicara di situasi lain, seperti di rumah.
Adapun kriteria diagnostic berdasarkan DSM-IV menetapkan bahwa gangguan tersebut harus:
(1) Bukan karena kesulitan fisik untuk memahami bahasa atau kurangnya pengetahuan, atau rasa tidak nyaman dengan bahasa yang digunakan dalam situasi sosial.
(2) Mengganggu pendidikan atau pekerjaan atau komunikasi sosial.
(3) Terjadi setidaknya selama satu bulan, tidak termasuk bulan pertama sekolah (karena anak mungkin merasa malu dan enggan untuk berbicara).
(4) Tidak dapat dijelaskan hanya oleh rasa malu yang berkaitan dengan komunikasi, seperti gagap, atau tidak terjadi dalam kondisi Gangguan Perkembangan Pervasif, Skizofrenia, atau Gangguan Psikotik lainnya.
Meskipun komunikasi verbal tidak digunakan dalam situasi sosial tertentu, diagnosis ini tetap mempertimbangkan bentuk komunikasi lain, seperti gerakan tubuh, menggelengkan kepala, menarik, mendorong, atau mendengus. Hal penting karena anak-anak dengan SM sering menggunakan cara komunikasi lain untuk berinteraksi di sekolah atau masyarakat.
Lalu, apa saja faktor penyebab SM?
Banyak anak dengan SM memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan, yang mengindikasikan adanya kecenderungan genetik. Anak juga dapat menunjukkan karakteristik kecemasan sosial, rasa malu yang ekstrem, atau introversi. Adanya riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan menunjukkan adanya komponen genetik yang dapat mempengaruhi anak-anak untuk mengalami kondisi yang berhubungan dengan kecemasan.
Faktor etiologi SM menekankan interaksi antara pengaruh bawaan dan lingkungan. Namun, sifat temperamental seperti pemalu atau introversi menunjukkan bahwa tidak semua anak dengan kecenderungan ini akan mengembangkan SM, yang menunjukkan peran faktor lingkungan dalam manifestasinya.
Faktor budaya dan lingkungan juga memainkan peran penting dalam perkembangan dan pengenalan mutisme selektif selama masa kanak-kanak. Dalam budaya tertentu, sifat-sifat seperti rasa malu dan perilaku pendiam sering kali dianggap penting, sehingga dapat menunda pengenalan dan diagnosis gangguan tersebut. Anak-anak dari keluarga bilingual atau imigran juga memungkinkan untuk menghadapi peningkatan risiko SM karena hambatan bahasa dan tekanan penyesuaian budaya.
Faktor lingkungan, seperti pola asuh yang terlalu protektif atau kurangnya paparan sosial, atau peristiwa penting dalam hidup, seperti pindah ke kota atau sekolah baru, dapat memicu atau memperburuk gejala mutisme selektif pada anak-anak. Stresor ini dapat meningkatkan perasaan cemas dan penarikan diri dari kehidupan sosial, terutama selama masa kanak-kanak, saat anak-anak sangat rentan terhadap lingkungan sekitar.
Apa saja dampak yang ditimbulkan gangguan SM?
SM berdampak signifikan pada pengalaman sosial dan pendidikan anak-anak, yang menyebabkan isolasi, kesalahpahaman, dan tantangan dalam mengembangkan keterampilan sosial dan akademis.
Orang dengan gangguan SM dapat mengalami isolasi sosial karena ketidakmampuan mereka untuk berbicara, sehingga mereka sulit untuk membentuk dan mempertahankan persahabatan. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan dalam partisipasi kelas, kegiatan kelompok, dan interaksi dengan teman sebaya, yang sering kali mengakibatkan kurangnya pengembangan keterampilan sosial.
Selain itu, kondisi SM sering disalahpahami oleh teman sebaya dan orang dewasa yang mungkin menganggap mereka tidak tertarik, kasar, atau suka menentang. Kesalahpahaman ini dapat menyebabkan penarikan sosial lebih lanjut dan kecemasan yang meningkat yang melanggengkan SM.
Dampak sosial dan psikologis dari SM menyebabkan tantangan sosial lebih lanjut, yang memperburuk kondisi tersebut. Kesalahpahaman oleh teman sebaya dan orang dewasa memperkuat kecemasan anak dan berkontribusi pada persepsi diri yang negatif, di mana individu mungkin merasa rendah diri atau tidak mampu karena ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi secara efektif.
SM juga dapat menyebabkan stres dan ketegangan keluarga, karena orang tua berjuang untuk memahami dan mendukung kebutuhan anak mereka. Orang dengan mutisme selektif dapat memiliki gangguan lain termasuk depresi, gangguan panik, dan gangguan obsesif-kompulsif, sehingga berisiko mengalami depresi dan pikiran untuk bunuh diri.
Siapa saja yang bisa terkena SM?
Jika kondisi SM tidak ditangani secara menyeluruh di masa kanak-kanak, kondisi ini tidak akan sembuh dengan sendirinya dan kemungkinan akan terus memengaruhi seseorang hingga dewasa. Oleh karenanya, SM dapat bertahan atau bahkan berkembang selama masa dewasa dan bertindak sebagai gangguan kecemasan yang signifikan sehingga mengganggu komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. SM menyebabkan orang dewasa yang terkena dampak tidak dapat berbicara dalam situasi sosial tertentu, meskipun sangat mampu melakukannya dalam situasi lain.
Namun, gangguan kecemasan jarang berkembang selama masa dewasa tanpa riwayat gejala sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan oleh hubungan dengan gangguan kecemasan lainnya seperti Social Anxiety Disorder (SAD), kepekaan yang meningkat terhadap lingkungan (yang dapat menyebabkan stimulasi berlebihan dan kecemasan lebih lanjut), rasa takut akan penilaian negatif dari orang lain (dalam kasus mutisme selektif, hal ini biasanya terkait dengan rasa takut teman sebaya menganggap suara penderita tidak cerdas), kurangnya rasa percaya diri, pola asuh yang ketat yang menyebabkan kecemasan saat berbicara dengan orang tua mereka, trauma mendasar yang muncul kembali di masa dewasa mereka, dan juga faktor genetik tertentu.
Apa jenis asesmen yang digunakan untuk gangguan SM?
Salah satu cara asesmen yang dilakukan untuk orang dengan gangguan SM adalah menggunakan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu pendekatan yang lembut untuk mencoba dan membantu mereka yang mengalami SM mengatasi ketakutan mereka dalam situasi tertentu. Membantu mengurangi kecemasan dalam situasi di mana penderita biasanya tidak dapat berkomunikasi, seperti teknik pernapasan yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri pada orang dewasa dengan SM, sehingga mereka dapat mengatasi dengan lebih baik dan memiliki lebih sedikit kejadian tidak dapat berbicara.
Perawatan yang lebih spesifik adalah terapi wicara, di mana mereka yang mengalami SM secara bertahap dihadapkan pada situasi sosial dan berlatih mencoba berbicara untuk secara bertahap membangun kepercayaan diri mereka saat mengekspresikan diri saat cemas. (RNA)
Daftar Pustaka
Koskela, M., Ståhlberg, T., Yunus, W.M.A.W.M. et al. (2023). Long-term outcomes of selective mutism: a systematic literature review. BMC Psychiatry, 23 (779). https://doi.org/10.1186/s12888-023-05279-6
Fahrunnisa, F. (2022). Psychological Dynamics of Early Childhood with Selective Mutism. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 7(3), 109–120. https://doi.org/10.14421/jga.2022.73-01
Sharp, G. W., Sherman, C., & Gross, A. M. (2007). Selective Mutism and anxiety: A review of the current conceptualization of the disorder. Journal of Anxiety Disorders, 21 (4), 568-578. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2006.07.002.
Cohan, S. L., Chavira, D. A., & Stein, M. B. (2006). Practitioner review: Psychosocial interventions for children with selective mutism: a critical evaluation of the literature from 1990-2005. Journal of child psychology and psychiatry, and allied disciplines, 47(11), 1085–1097. https://doi.org/10.1111/j.1469-7610.2006.01662.x
Bances, S., Ramanujam, H. B., Duca, E. D., dkk. (2024). Selective Mutism as it develops over time: a general overview. OxJournal. https://www.oxjournal.org/selective-mutism-as-it-develops-over-time-a-general-overview/#comments