Tinggal menghitung hari menjelang
musyawarah besar (mubes) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi)
Universitas Negeri Makassar namun buku saku yang berisi semua kumpulan
konstitusi yang ada di Kema hanya tinggal angan-angan kini. Pasalnya, masih
belum ada aturan pasti yang diterapkan Maperwa akibat amandemen undang-undang
yang dilakukan selama hampir satu periode tak kunjung rampung.
musyawarah besar (mubes) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi)
Universitas Negeri Makassar namun buku saku yang berisi semua kumpulan
konstitusi yang ada di Kema hanya tinggal angan-angan kini. Pasalnya, masih
belum ada aturan pasti yang diterapkan Maperwa akibat amandemen undang-undang
yang dilakukan selama hampir satu periode tak kunjung rampung.
Ketua Umum Maperwa, Ramadhani
berdalih bahwa di periode sebelumnya memang ada buku saku dan pada periode ini
hanya tinggal mengevaluasi hasil dari periode sebelumnya sehingga dilakukan
penyortiran secara menyeluruh agar terkesan berbeda serta kelahiran Kema yang
baru setahun dibentuk sehingga perangkat eksekutif baru pun perlu dikembangkan.
berdalih bahwa di periode sebelumnya memang ada buku saku dan pada periode ini
hanya tinggal mengevaluasi hasil dari periode sebelumnya sehingga dilakukan
penyortiran secara menyeluruh agar terkesan berbeda serta kelahiran Kema yang
baru setahun dibentuk sehingga perangkat eksekutif baru pun perlu dikembangkan.
“Sambil menunggu rekomendasi kita
maksimalkan untuk diperadakan bagi kepentingan tahun-tahun depan. Jangan sampai
kita peradakan, kesannya sama saja
dengan periode sebelumnya selesai ini mau diganti kan susah jadi periode ini
kita tinggal memperbaiki semua aturan,” ungkapnya.
maksimalkan untuk diperadakan bagi kepentingan tahun-tahun depan. Jangan sampai
kita peradakan, kesannya sama saja
dengan periode sebelumnya selesai ini mau diganti kan susah jadi periode ini
kita tinggal memperbaiki semua aturan,” ungkapnya.
Mahasiswa angkatan 2012 ini juga
menyampaikan permohonan maafnya karena belum terpenuhinya tuntutan masyarakat
Kema untuk mengetahui aturan dengan keberadaan buku saku karena hampir semua
aturan (baca: administrasi dan pendidikan), termasuk Ketetapan (Tap) mau
direvisi lagi. Namun maperwa kembali menjanjikan akan mengusahakan pengadaan
buku saku jika bulan ini (baca: April) semua aturan telah rampung
diparipurnakan. “Jadi kami memohon maaf,
buku saku yang sebenarnya sangat penting tapi tidak diperadakan karena hampir
semua aturan belum rampung diparipurnakan,” ungkapnya.
menyampaikan permohonan maafnya karena belum terpenuhinya tuntutan masyarakat
Kema untuk mengetahui aturan dengan keberadaan buku saku karena hampir semua
aturan (baca: administrasi dan pendidikan), termasuk Ketetapan (Tap) mau
direvisi lagi. Namun maperwa kembali menjanjikan akan mengusahakan pengadaan
buku saku jika bulan ini (baca: April) semua aturan telah rampung
diparipurnakan. “Jadi kami memohon maaf,
buku saku yang sebenarnya sangat penting tapi tidak diperadakan karena hampir
semua aturan belum rampung diparipurnakan,” ungkapnya.
Menanggapi permintaan maaf Maperwa, Herman
Malik selaku Ketua Umum Biro Kegiatan Mahasiswa (BKM) Psysport FPsi UNM
mengungkapkan pentingnya buku saku diperadakan agar dapat menjadi bahan bacaan
anggota lembaga kemahasiswaan (LK) karena selam ini hanya sekretaris yang
memegang buku itu. akan ketidakberdayaan Maperwa memperadakan buku saku yang
dianggao penting dimiliki seluruh anggota lemnbaga kemahasiswaan (LK). “Mending
masing-masing pengurus LK pegang supaya na tahuki juga apa konstitusinya
mereka,” tuturnya.
Malik selaku Ketua Umum Biro Kegiatan Mahasiswa (BKM) Psysport FPsi UNM
mengungkapkan pentingnya buku saku diperadakan agar dapat menjadi bahan bacaan
anggota lembaga kemahasiswaan (LK) karena selam ini hanya sekretaris yang
memegang buku itu. akan ketidakberdayaan Maperwa memperadakan buku saku yang
dianggao penting dimiliki seluruh anggota lemnbaga kemahasiswaan (LK). “Mending
masing-masing pengurus LK pegang supaya na tahuki juga apa konstitusinya
mereka,” tuturnya.
Lebih lanjut, mahasiswa asal
Polewali ini menyatakan meskipun diperadakan tapi tidak diberdayakan sama saja
nihil dan mengharapkan jika Maperwa sungguh-sungguh berniat mengadakan buku
saku agar komisi yang bertanggung jawab segera menyelesaikan bengkalainya,
namun kalau memang tidak niat membuat maka mahasiswa angkatan 2012 ini
menyarankan untuk memperkuat sosialisasi ke pengurus LK.
Polewali ini menyatakan meskipun diperadakan tapi tidak diberdayakan sama saja
nihil dan mengharapkan jika Maperwa sungguh-sungguh berniat mengadakan buku
saku agar komisi yang bertanggung jawab segera menyelesaikan bengkalainya,
namun kalau memang tidak niat membuat maka mahasiswa angkatan 2012 ini
menyarankan untuk memperkuat sosialisasi ke pengurus LK.
“Kalau memang mau diperadakan, komisi
yang berwenang kerjami. Kalau memang tidak niat perkuat saja sosialisasi, tapi
kalau ada tapi tidak digunakan sama saja kali nol,” ungkapnya. (*)
yang berwenang kerjami. Kalau memang tidak niat perkuat saja sosialisasi, tapi
kalau ada tapi tidak digunakan sama saja kali nol,” ungkapnya. (*)