![]() |
Alm. Prof Sarlito Sarwono. Sumber: Kaskus.co.id |
Bluma Wulfovna Zeigarnik (1901-1988) adalah
seorang psikiater (dokter spesialis jiwa) yang juga psikolog (ahli ilmu Jiwa)
wanita bangsa Rusia, yang belajar psikologi pada Professor Kurt Lewin
(1890-1947) di Universitas Berlin. Kurt Lewin ini, karena ke-Yahu
seorang psikiater (dokter spesialis jiwa) yang juga psikolog (ahli ilmu Jiwa)
wanita bangsa Rusia, yang belajar psikologi pada Professor Kurt Lewin
(1890-1947) di Universitas Berlin. Kurt Lewin ini, karena ke-Yahu
diannya,
menjelang Perang Dunia II melarikan diri ke Amerika Serikat untuk menghindari
kejaran NAZI-nya Hitler. Di AS, Kurt Lewin kemudian menjadi tokoh psikologi
kognitif (psikologi yang mempelajari isi dan proses kesadaran manusia) yang
sangat terkenal sampai hari ini.
Pada suatu hari, ketika Bluma dan Kurt sedang
makan di sebuah restoran mereka mengamati bahwa para pelayan restoran hafal
pesanan-pesanan makanan para tamu yang belum membayar bill-nya, tetapi ketika
semua tamu sudah membayar, restoran sudah mau tutup, para pelayan itu sudah
lupa sama sekali pada pesanan-pesanan tamu tadi. Temuan ini kemudian diteliti
oleh Bluma sebagai tesis di bawah pengawasan Prof. Kurt Lewin, dan ditemukanlah
apa yang sekarang di dunia psikologi dikenal dengan istilah Efek Zeigarnik.
makan di sebuah restoran mereka mengamati bahwa para pelayan restoran hafal
pesanan-pesanan makanan para tamu yang belum membayar bill-nya, tetapi ketika
semua tamu sudah membayar, restoran sudah mau tutup, para pelayan itu sudah
lupa sama sekali pada pesanan-pesanan tamu tadi. Temuan ini kemudian diteliti
oleh Bluma sebagai tesis di bawah pengawasan Prof. Kurt Lewin, dan ditemukanlah
apa yang sekarang di dunia psikologi dikenal dengan istilah Efek Zeigarnik.
Jadi Efek Zeigarnik adalah kecenderungan untuk
terus mengingat tugas yang belum selesai atau ter-interupsi, dan ada dorongan
untuk menyelesaikan tugas itu. Seorang anak yang sedang bermain game on line
dengan gadget-nya, misalnya, dan kemudian disuruh makan oleh ibunya, maka
makannya sangat buru-buru karena ia ingin segera menyelesaikan game-nya. Kalau
dilarang, misalnya, karena dia harus belajar, maka anak itu akan frustrasi dan
uring-uringan. Belajarnya pun jadinya tidak fokus. Anak itu mengalami efek
Zeigarnik.
terus mengingat tugas yang belum selesai atau ter-interupsi, dan ada dorongan
untuk menyelesaikan tugas itu. Seorang anak yang sedang bermain game on line
dengan gadget-nya, misalnya, dan kemudian disuruh makan oleh ibunya, maka
makannya sangat buru-buru karena ia ingin segera menyelesaikan game-nya. Kalau
dilarang, misalnya, karena dia harus belajar, maka anak itu akan frustrasi dan
uring-uringan. Belajarnya pun jadinya tidak fokus. Anak itu mengalami efek
Zeigarnik.
Walaupun demikian, temuan Zeigarnik yang
dipublikasikan tahun 1927 ini tidak selamanya didukung oleh
penelitian-penelitian berikutnya. Salah satunya adalah oleh sebuah penelitian
yang dilakukan tim peneliti Johnson, Mehrabian dan Weiner yang dilakukan pada
tahun 1968. Tim ini mengumpulkan 82 responden pria dan memberi mereka tes
hasrat berprestasi. Hasil test itu dibagi tiga: 25% dengan skor tertinggi
digolongkan sebagai peserta bermotivasi tinggi, 25% dengan skor terendah
digolongkan sebagai peserta bermotivasi rendah, dan 50% yang ditengah dianggap
sebagai golongan yang biasa-biasa saja.
dipublikasikan tahun 1927 ini tidak selamanya didukung oleh
penelitian-penelitian berikutnya. Salah satunya adalah oleh sebuah penelitian
yang dilakukan tim peneliti Johnson, Mehrabian dan Weiner yang dilakukan pada
tahun 1968. Tim ini mengumpulkan 82 responden pria dan memberi mereka tes
hasrat berprestasi. Hasil test itu dibagi tiga: 25% dengan skor tertinggi
digolongkan sebagai peserta bermotivasi tinggi, 25% dengan skor terendah
digolongkan sebagai peserta bermotivasi rendah, dan 50% yang ditengah dianggap
sebagai golongan yang biasa-biasa saja.
Kemudian pada ketiga golongan responden tersebut
diberikan tugas yang diinterupsi disaat mereka tengah asyik-asyiknye
mengerjakan tugas. Ternyata yang paling mengalami efek Zeigarnik adalah peserta
yang bermotivasi tinggi, sedangkan yang biasa-biasa saja, apalagi yang
bermotivasi rendah tidak mengalaminya. Jadi, efek Zeigarnik tidak terjadi pada
setiap orang dan setiap saat, melainkan tergantung pada beberapa hal, di
antaranya adalah motivasi terhadap tugas. Pelayan restoran dan anak yang
bermain game dalam contoh di atas adalah orang-orang yang benar-benar
berkomitmen dengan tugasnya, sehingga motivasinya tinggi, karena itu mereka
terkena efek Zeigarnik.
diberikan tugas yang diinterupsi disaat mereka tengah asyik-asyiknye
mengerjakan tugas. Ternyata yang paling mengalami efek Zeigarnik adalah peserta
yang bermotivasi tinggi, sedangkan yang biasa-biasa saja, apalagi yang
bermotivasi rendah tidak mengalaminya. Jadi, efek Zeigarnik tidak terjadi pada
setiap orang dan setiap saat, melainkan tergantung pada beberapa hal, di
antaranya adalah motivasi terhadap tugas. Pelayan restoran dan anak yang
bermain game dalam contoh di atas adalah orang-orang yang benar-benar
berkomitmen dengan tugasnya, sehingga motivasinya tinggi, karena itu mereka
terkena efek Zeigarnik.
***
Efek Zeigarnik ini sangat baik untuk membuat
orang menyelesaikan tugas-tugasnya sampai tuntas. Anak-anak atau remaja yang
pembosan, misalnya les gitar sebentar, minta ganti Taekwondo, baru latihan 2-3
kali, bosan lagi, minta tukar kegiatan eks-kul yang lain seperti OSIS dst. Anak
seperti ini hanya komit pada teman-temannya saja, tetapi tidak pada tugasnya
itu sendiri.
orang menyelesaikan tugas-tugasnya sampai tuntas. Anak-anak atau remaja yang
pembosan, misalnya les gitar sebentar, minta ganti Taekwondo, baru latihan 2-3
kali, bosan lagi, minta tukar kegiatan eks-kul yang lain seperti OSIS dst. Anak
seperti ini hanya komit pada teman-temannya saja, tetapi tidak pada tugasnya
itu sendiri.
Dalam skala makro-nasionalpun kita bisa saksikan
banyak contoh tentang tidak adanya atau sangat rendahnya komitmen pada tugas.
Banyak sungai yang jembatannya sudah usang atau ambruk sehingga membahayakan
masyarakat, tetapi Dinas PU setempat diam saja, padahal dana sudah dianggarkan.
Begitu juga bagunan-bangunan sekolah yang bobrok, sewaktu-waktu bisa ambruk dan
menimpa siswa yang sedang belajar di dalamnya, tetapi Dinas Pendidikan belaga
gak tahu apa-apa. Begitu juga dengan pengurusan ijin-ijin atau surat-surat
keterangan di kantor kelurahan atau kecamatan. Kalau ada warga yang bertanya
tentang sesuatu surat keterangan atau surat ijin yang beberapa hari yang lalu
sudah dimasukkannya, pegawai kantor kelurahan atau kecamatan justru balik
bertanya, “Surat yang mana, ya Bu?”.
banyak contoh tentang tidak adanya atau sangat rendahnya komitmen pada tugas.
Banyak sungai yang jembatannya sudah usang atau ambruk sehingga membahayakan
masyarakat, tetapi Dinas PU setempat diam saja, padahal dana sudah dianggarkan.
Begitu juga bagunan-bangunan sekolah yang bobrok, sewaktu-waktu bisa ambruk dan
menimpa siswa yang sedang belajar di dalamnya, tetapi Dinas Pendidikan belaga
gak tahu apa-apa. Begitu juga dengan pengurusan ijin-ijin atau surat-surat
keterangan di kantor kelurahan atau kecamatan. Kalau ada warga yang bertanya
tentang sesuatu surat keterangan atau surat ijin yang beberapa hari yang lalu
sudah dimasukkannya, pegawai kantor kelurahan atau kecamatan justru balik
bertanya, “Surat yang mana, ya Bu?”.
Contoh di DPR lebih dahsyat lagi. Saya kutipkan
sebuah laporan di Kompas.com, Kamis, 27 Desember 2012 bertajuk “Kinerja
Legislasi pun di Bawah Target”, sebagai berikut, “…. Hanya sepuluh UU yang
tergolong prioritas atau masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
2012. Jumlah itu jauh di bawah target yang ditetapkan pemerintah dan DPR, yakni
69 RUU”. Kalau seluruh bangsa ini punya sifat yang seperti itu, bagaimana
bangsa ini bisa mengatasi masalah-masalahnya sendiri?
sebuah laporan di Kompas.com, Kamis, 27 Desember 2012 bertajuk “Kinerja
Legislasi pun di Bawah Target”, sebagai berikut, “…. Hanya sepuluh UU yang
tergolong prioritas atau masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
2012. Jumlah itu jauh di bawah target yang ditetapkan pemerintah dan DPR, yakni
69 RUU”. Kalau seluruh bangsa ini punya sifat yang seperti itu, bagaimana
bangsa ini bisa mengatasi masalah-masalahnya sendiri?
***
Tetapi saya menemukan efek Zeigarnik ini justru
pada seorang tukang sayur PKL (Pedagang Kaki Lima). Setiap pagi dia menggelar
dagangannya di jalur saya berolah raga jalan kaki pagi. Pada suatu hari saya
mencuri dengar percakapan antara pedagang sayur itu dengan seorang ibu (atau
pembantu, ya? Saya gak begitu paham, karena ibu-ibu dan pembantu-pembantu jaman
sekarang penampilannya sama saja, yaitu sama-sama pakai daster kalau belanja
sayur). Ibu itu menyebut angka berapa rupiah kekurangan duit belanjanya, dan
berjanji akan membayar keesokan harinya.
pada seorang tukang sayur PKL (Pedagang Kaki Lima). Setiap pagi dia menggelar
dagangannya di jalur saya berolah raga jalan kaki pagi. Pada suatu hari saya
mencuri dengar percakapan antara pedagang sayur itu dengan seorang ibu (atau
pembantu, ya? Saya gak begitu paham, karena ibu-ibu dan pembantu-pembantu jaman
sekarang penampilannya sama saja, yaitu sama-sama pakai daster kalau belanja
sayur). Ibu itu menyebut angka berapa rupiah kekurangan duit belanjanya, dan
berjanji akan membayar keesokan harinya.
Di hari esoknya, kebetulan saya liwat tempat
tukang sayur PKL itu lagi di jam yang sama (sekitar 05.30), dan melihat ibu
yang sama, berdaster yang sama sedang membayar kekurangan uang belanja kemarin
sambil membayar belanja hari itu. Seperti kemarin, saya mencuri dengar lagi
dialog antara tukang sayur dan ibu itu. Sangat mengherankan tukang sayur masih
ingat persis berapa hutang ibu itu kemarin, walaupun kemarin jelas saya tidak
melihat tukang sayur itu menulis apapun. Tukang sayur itu kena efek Zeigarnik,
karena komitmennya pada pekerjaannya.
tukang sayur PKL itu lagi di jam yang sama (sekitar 05.30), dan melihat ibu
yang sama, berdaster yang sama sedang membayar kekurangan uang belanja kemarin
sambil membayar belanja hari itu. Seperti kemarin, saya mencuri dengar lagi
dialog antara tukang sayur dan ibu itu. Sangat mengherankan tukang sayur masih
ingat persis berapa hutang ibu itu kemarin, walaupun kemarin jelas saya tidak
melihat tukang sayur itu menulis apapun. Tukang sayur itu kena efek Zeigarnik,
karena komitmennya pada pekerjaannya.
Jadi sepertinya kita harus menanamkan mental
tukang sayur (yang punya efek Zeigarnik) pada semua elite politik dan birokrasi
Indonesia, termasuk para anggota DPR yang terhormat (tetapi tidak pernah tahu
bahwa ibu-ibu dan pembantu sama-sama suka pakai daster waktu membeli sayur).
tukang sayur (yang punya efek Zeigarnik) pada semua elite politik dan birokrasi
Indonesia, termasuk para anggota DPR yang terhormat (tetapi tidak pernah tahu
bahwa ibu-ibu dan pembantu sama-sama suka pakai daster waktu membeli sayur).